Minggu, 31 Juli 2016

Honeymoon ke Lombok - part 1/3

Horeeeee..... Doa saya untuk bisa pergi honeymoon terkabul juga! Memang terlambat BANGET sih, nikahnya Agustus 2014, honeymoon nya baru Februari 2016 wkwkw.. Ora popo sing penting keturutan horee...
Lombok, tempat pilihan saya sejak sebelum menikah. Nggak tau kenapa, pengen aja ke sana. Bali? Ah, mainstream! Singapore? Malaysia? Thailand? Australia? Eropa? Holyland? No, thank you. Mahal! Hahaha...

Luar biasa panjangnya diskusi saya dan suami sebelum pergi ke Lombok ini. Bolak balik ketunda (dan nyaris dilupakan) karena dananya terpakai buat biaya (utang) renovasi rumah. Puji Tuhan, walaupun masih menyisakan utang, saya bisa memaksa suami untuk pergi foya-foya sebelum punya anak hihihi..

Dan Lombok, it's worth the wait! Indah bangeettt.... Saya ceritain ya 3 hari 2 malam wisata kami di sana.

PERSIAPAN.

Kira-kira 2 bulan sebelumnya, kami sudah cari tanggal cuti. Dipilihlah 6-7-8 Februari karena pas long weekend libur tahun baru cina. Saya sih pengennya pertengahan tahun, biar nggak keganggu hujan, tapi kata suami kelamaan, kapan bikin anaknya kalo gitu hahaha... Ijin cuti disetujui kantor, langsung booking hotel, dan tiket pesawat, biar praktis langsung pake aplikasi Traveloka. Hotel dapet promo diskon Traveloka, Living Asia Resort dari 1 jutaan lebih jadi hanya 800ribuan saja semalam. Sewa mobil dari Rinjani Trans Lombok, sehari 450ribu udah termasuk driver dan bensin. Tadinya sih pengen ambil paket honeymoon dari Global Tour Lombok, tapi dipikir-pikir sayang duitnya ya, dengan hotel yang sama paketnya 9jutaan, cuma bedanya nggak pake dinner pinggir pantai diterangi cahaya obor dan nggak ditaburin bunga-bunga di kasurnya doang. Sedangkan kalo arrange sendiri, hotel dan mobil cuma 4jutaan. Itinerary bisa banget kita contek dari website provider tournya. Yaa kalo pengen bunga-bunga di kasur bisa kita taburin sendiri lah ya hahaha..

Oh ya, tips buat para pengantin baru yang cuma berduaan aja, pastikan kalian bawa tripod/tongsis/gorilla pod, just in case nggak ada yang bantu fotoin kalian berdua di lokasi #truestory.

DAY 1. February 6, 2016.

Berangkat pesawat pertama dari Jakarta naik Lion Air ke Mataram. Di Bandara Selaparang sudah disambut driver sewaan kami, Pak Sofian. Langsung kita diantar ke Desa Wisata Sade. Di sana kita dipandu guide lokal keliling desa sambil diceritain budaya setempat. Siapkan uang untuk sumbangan sukarela ya.

Pintu masuk Desa Sade

Proses memintal benang
Lumbung padi Sasak
Ngomong-ngomong soal Pak Sofian, beliau ini recommended banget. Putra daerah asli, jadi paham banget tempat-tempat wisata dan ceritanya, bahasanya sopan dan enak diajak ngobrol, maklum doi biasa bawa tamu pejabat dan bule, ditambah lagi punya banyak kenalan, jadi kita bisa masuk private beach dengan gratis hihihi.. Dan ternyata, pekerjaan sebagai driver ini cuma sampingan aja buat beliau, karena aslinya beliau adalah PNS di salah satu kantor kecamatan. Katanya, nggak perlu gengsi cari side job, selama halal dan nggak ganggu kerjaan kantor ya saya jalani saja. Luar biasa ya, kalo semua PNS jujur dan ulet kayak beliau!

Setelah itu kami diantar ke Pantai Kuta, tempatnya Putri Mandalika berubah jadi legenda Bau Nyale. Pak Sofian antar kami masuk lewat private beach nya Novotel hihihi.. Asli indah banget, ini satu-satunya pantai yang butiran pasirnya mirip butiran merica.

Private Beach Hotel Novotel

Pantai Kuta

Ngetes gorilla pod baru hahaha

Legenda Putri Mandalika

Capek main di pantai, kami makan siang di warung Nasi Balap Puyung depan bandara. Wuenak tenann... Selain karena kelaparan, juga memang rasa rempahnya khas.

Abis makan kami diantar ke hotel Living Asia di daerah Senggigi, yang ternyata jaraknya sekitar 2 jam dari bandara. Di tengah perjalanan menuju hotel, kami berhenti di desa wisata Sukarare, di mana kami bisa beli kain tenun rangrang khas Lombok, juga berfoto ala pengantin Lombok.

Baju pengantin Sasak

Belajar menenun di Sukarare
Akhirnya kami pun sampai di Hotel Living Asia Senggigi. Lepas check-in, kami mengagumi keindahan hotel, ternyata emang sesuai dengan ulasan di internet. Sorenya, setelah menikmati coffee break, kami jalan kaki di pinggiran pantai Senggigi, menikmati pemandangan ombak dan resort yang berjejer di sepanjang pantai, melihat warga setempat surfing, sambil gandengan tangan. Uhuuyy gitu aja udah girang banget, masih takjub akhirnya kami honeymoon juga hihihi...

Menikmati angin pantai

Salah satu view Living Asia Resort

Di depan kamar

Coffee break pinggir pantai Senggigi

Resto pinggir pantai Senggigi

Sampai di hotel barulah berasa pegel badan ini. Langsung masuk ke tempat spa di hotel. Kapan maneh rek, dipijat berdua di pulau impian, si suami sampe ngorok loh saking menikmati pijatan mbaknya hihihi.. Paket pijat tradisional 600ribu berdua. Mahal ya, biarin aja kan lagi liburan!

Nih tempat spa nya
Orang gendud mau dipijet wkwkwk

Sebenarnya sih, saya pengennya nginep di Qunci Villas, sama di pinggiran Pantai Senggigi juga. Dari hasil browsingan keren banget, pas buat honeymoon. Tapi tarifnya alamakkk, bisa 4x lipat budget! Akhirnya nyari hotel yg suasananya mirip tapi tarif lebih murah, dapetlah Living Asia ini. Suatu saat kalo kami punya rejeki lebih, pengen nginep lah di Qunci Villas.

Hari pertama ditutup dengan makan malam romantis........di kamar sendiri hahaha... Saking capenya, nggak pengen ke mana-mana lagi, cuma pesen ayam taliwang aja dari restoran hotel.

Baca juga cerita hari kedua dan ketiga yang saya tulis di postingan berikutnya ya!

Sabtu, 09 Juli 2016

Semalam di Semarang

Januari 2016 lalu, saya dan suami pergi ke Semarang untuk menghadiri yudisium adik saya satu-satunya. Kebetulan orang tua saya baru bisa ke Semarang minggu depannya saat wisuda, jadi acara yudisiumnya kami ajalah yang hadir, lumayan sekalian wisata hehe..

Berhubung sudah tanggal tua dan belum gajian, jadi berangkatnya naik kereta aja ya hahaha.. Tanggal 23 Januari 2016 pagi-pagi banget kami sudah siap di Stasiun Pasar Senen untuk naik kereta Menoreh jam 7 pagi tujuan Semarang Tawang. Kebetulan beberapa hari sebelumnya adik menginap di rumah saya di Bekasi untuk ikut tes penerimaan sebuah instansi, jadi pagi itu kami berangkat bertiga.

Kereta Menoreh ini kelas ekonomi, tapi sangat nyaman lho. Beda jauuhh banget dari saat terakhir saya naik kereta jaman awal kuliah dulu 10 tahun yang lalu, waktu itu naik kereta ekonomi sudah tidak manusiawi lagi namanya, tapi gombalsiawi saking sumpeknya macam tumpukan gombal dijejel-jejelin haha.. Kereta ekonomi sekarang sudah ada AC nya, bangkunya pun empuk, ada colokan charger pula. Penumpang duduk tertib sesuai nomor tiketnya. Di dalan kereta juga ada pramugari yg menawarkan sarapan dan makan siang, juga bantal (tapi bayar). Pokoknya nggak rugi deh perjalanan 8 jam di kereta ini. Hebat ya Pak Jonan bisa bikin perubahan besar!


Tiket KA Menoreh

Sampai di Stasiun Tawang Semarang, kami langsung naik omprengan menuju tempat kos adik di dekat Undip Pleburan. Dengan alasan hemat budget, kami tidak sewa hotel, cukup satu kamar kos kosong yang tarifnya cuma 100 ribu semalam haha.. Lumayan sudah bisa dapat kamar AC plus televisi. Bapak kosnya baik pula.

Sore hari saat adik pergi ke kampus untuk gladi bersih yudisium, saya dan suami naik motor keliling kompleks, dan mampir makan di sebuah warung yang kelihatannya rame, banyak mahasiswa nongkrong di situ. Dan memang harganya murah. Namanya Ayam Geprek Idola. Makan berdua nggak sampai 40 ribu, padahal suami saya sempat nambah porsi lho haha..


Malam harinya adik mengajak saya dan suami jalan-jalan ke pusat kota Semarang. Tidak banyak tempat yang kami kunjungi karena takut bangun kesiangan besoknya. Kami hanya mengunjungi pasar malam Kota Tua, Gereja Blenduk, trus naik becak ke alun-alun Simpang Lima. Cuma jalan dan foto-foto aja kok, gak belanja hehehe.. Oh ya, kami juga sempat bikin karikatur siluet gitu, di seorang seniman yang mangkal di alun-alun.

Gereja Blenduk Kota Tua Semarang

Numpak becak dari Kota Tua ke Simpang Lima

Alun-alun Simpang Lima Semarang

Keesokan harinya, acara yudisium dilaksanakan di Hotel Patra Jasa. Bangga rasanya, adik saya ini IPK nya 3,8 alias cumlaude lho! Melihat dia berbaris dan dapat tempat duduk di barisan terdepan wisudawan, seolah saya lupa dulu dia  nggak pernah juara semasa sekolahnya (ups!). Ah, bila orang tua saya hadir, pastilah mereka mbrebes mili lihat adik saya ini. Siapa sangka anak yang dulunya paling bandel sekarang jadi satu-satunya yang bergelar S2 di keluarga saya.

We proud of you!

Selesai acara, kirain ada makan-makan dong ya.. Ga taunya garingan, langsung bubar dong hahaha.. Untung udah sarapan sebelumnya. Adik mengajak kami makan siang di depot Mie Lampung, masakan cina. Sampai di kosan, istirahat bentar, lalu packing siap-siap berangkat ke bandara.

Sore itu saya dan suami pulang ke Bekasi dengan hati senang dan penuh harapan, semoga masa depan cerah menantimu, dik! Selamat berjuang mencari nafkah dan rasakan sensasinya hahaha..

Senin, 11 Januari 2016

Pegawai Bank kok Ngajar Kesehatan?

Tanggal 5 Desember 2015 yang lalu, seorang senior saya di kantor (kebetulan beliau juga satu paroki dengan saya) meminta saya untuk mengisi materi Keluarga Berencana pada event Kursus Persiapan Perkawinan di paroki Servatius Bekasi. Event ini diadakan beberapa kali dalam setahun. Kebetulan ibu bidan yang biasa membantu mengisi materi tersebut berhalangan hadir. Dan sepertinya panitia juga cukup kesulitan untuk menemukan penggantinya, kalo tidak, mana mungkin karyawan bank seperti saya diminta untuk mengajar materi kesehatan? Hahaha..

Awalnya saya sempat ragu dan ingin menolak. Sudah lama sekali saya tidak pernah belajar lagi ataupun sekedar update berita terbaru tentang Keluarga Berencana. Bagaimana jadinya kalau nanti informasi yang saya sampaikan salah? Bagaimana nanti kalau saya tidak bisa menjawab pertanyaan peserta? Dan berbagai ketakutan lainnya. Tapi entah kenapa hati saya akhirnya tergerak untuk menerima tantangan ini.
Dalam Kursus Persiapan Perkawinan terdapat session khusus yang (paling) ditunggu-tunggu peserta, yaitu Materi Seksualitas. Wuah, lihat judulnya aja udah seger ya kan hahaha.. Biasanya sesi ini diisi oleh seorang dokter (materi fisiologi alat kelamin dan hubungan seksual), serta seorang bidan (materi Keluarga Berencana sesuai ajaran Katolik). Saya hanya diminta menggantikan sang ibu bidan. Jadi di sela-sela kesibukan kantor saya siapkan materi presentasi tentang KB tersebut. Bukan hal yang mudah karena saya harus belajar lagi tentang materi kuliah yang sudah lama tidak saya sentuh. Ditambah dengan tugas kantor yang tak ada habisnya, jerawat saya langsung bermunculan menghiasi wajah imut ini hihihi..

Pada hari-H, sejak pagi saya udah deg-degan. Saya terus baca-baca materi presentasi berulang kali, supaya tidak ada hal yang terlewatkan. Beberapa kali juga saya revisi isi presentasinya agar lebih enak dibaca. Untung saya punya suami pengertian, dia yang siapin sarapan dan tidak mengganggu selama saya belajar haha.. Singkatnya, Power Point akhirnya selesai juga tepat 3 jam sebelum acara mulai.

Ini judul presentasi saya


Saya tiba di aula gereja Servatius jam 12 siang, 1 jam sebelum showtime. Saya disambut dengan kepanikan panitia. Olalaa... ibu dokter yang seharusnya mengisi materi bersama saya tiba-tiba berhalangan hadir! Lha terus gimana dong, materinya siapa yang nyampein?? Ya siapa lagi kalo bukan saya. Jreng jreng jreng! Panik? Pasti lah. Akhirnya pada detik-detik terakhir saya pinjam laptop panitia untuk menambal sulam Power Point, saya tambahkan materi yang seharusnya disampaikan oleh ibu dokter tersebut. Keringat mengucur deras. Materi punya saya sendiri saja sudah bikin nervous, ini malah ditambah lagi materi orang lain. Dalam hati saya sudah bertekad, kalo sampe nanti nge-blank di panggung, saya skip saja materi sang ibu dokter.

Saat itu ada sekitar 60 orang peserta uang hadir. Terbilang sedikit untuk ukuran KPP, mungkin karena sudah memasuki masa Advent, persiapan menyambut Natal. Saat awal presentasi, saya tidak mengenalkan diri sebagai (mantan) perawat apalagi karyawan bank. Saya takut panitia akan dicemooh karena memilihkan pemateri yang tidak terlibat langsung dalam dunia medis. Puji Tuhan, saat membawakan materi saya bisa tenang dan santai. Saya bahkan sempat iseng meminta salah seorang peserta yang berprofesi sebagai perawat untuk maju ke depan menjelaskan mengenai anatomi alat kelamin pria. Haha.. Sebenarnya saya cuma pengen tahu, jangan-jangan ada di antara peserta yang berprofesi sebagai dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya yang tentunya ilmunya jauh lebih banyak dari saya. Kan malu kalo ketauan salah omong hehehe..

Oh iya, dalam ajaran gereja Katolik, KB yang diperbolehkan hanya KB alami, salah satunya yaitu dengan perhitungan masa subur atau yang dikenal dengan metode kalender. Jadi saya alokasikan lebih banyak waktu untuk mengajari peserta cara menghitung siklus menstruasi dan masa subur. Ini sekaligus berbagi pengalaman, karena saya juga menerapkan metode tersebut selama ini hehe..

Simulasi cara menghitung masa subur


Saya tertarik dengan satu pertanyaan peserta, bagaimana cara mengatur bila ingin memilih jenis kelamin anak? Pertanyaan ini pernah saya dengar sebelumnya saat saya dan suami mengikuti KPP dulu sebelum menikah. Saya penasaran apa memang pertanyaan ini selalu muncul setiap KPP ya? Haha.. Karena teori yang populer tentang pengaturan diet untuk mendapatkan jenis kelamin tertentu itu tidak saya kuasai, maka saya hanya menjawab secara logika saja, tentang teori kromosom X-Y yang saya hubungkan dengan teori perhitungan masa subur. Yaa intinya pinter-pinternya ngomong aja, agar tidak ketahuan bahwa sebenarnya pengetahuan saya secara praktek nyata sangat terbatas hehehe..

Setelah jam menunjukkan pukul 14.30, saya memutuskan untuk mengakhiri sesi tersebut. Sebenarnya saya masih  punya setengah jam lagi, tapi para peserta sudah banyak yang menguap, dan saya sendiri sudah capek deg-degan berpura-pura pintar hahaha.. Yang penting saya sudah membantu sekuat tenaga sesuai kemampuan saya.

Senang rasanya bisa membantu panitia. Bukan karena di akhir acara saya dapat souvenir payung lipat, tapi lebih karena uniknya cara Tuhan menggunakan saya untuk melayani sesama manusia. Siapa sangka ilmu yang sudah lama saya tinggalkan ternyata masih berguna? Kalo bukan karena Tuhan, siapa lagi?

Wajib selfie walopun make up udah luntur