Sabtu, 19 Desember 2015

New Task, New Opportunity

Hi, good people! Lama juga ya, hampir 4 bulan blog ini saya cuekin hihi.. Ke mana aja mbakyuuu? Sibuk?? Iya nih, (sok) sibuk!

Terhitung per Agustus 2015, saya pindah unit kerja di kantor. Masih dalam 1 biro kok, cuma pindah ruangan aja. Dari Support Analis, sekarang di Analis KPR. Jobdesc- nya tentu beda. Kalo dulu kerjaan saya hanya bersifat helicopter view saja gak turun langsung ke operasional, sekarang saya selalu punya tumpukan memo yang mengantre untuk dikerjakan hahaha..

Ini workstation baru saya

Kesibukan yang berbeda ini otomatis menguras tenaga dan waktu saya. Sebagai anak baru, saya harus konsentrasi belajar prosedur penginputan sistem dan judgement analisa. Beruntung ilmu yang saya dapatkan selama 3 tahun pengalaman di unit kerja sebelumnya banyak membantu saya, jadi saya nggak bloon-bloon amat lah belajarnya haha.. Beruntungnya lagi, saya ditempatkan dalam tim kerja yang nyaman, teman-teman yang kocak, atasan gak galak, mentor saya juga pintar dan sabar, jadi saya bisa belajar sampai benar-benar paham. Bahkan walaupun baru aja 3 hari belajar, saya gak kuatir ketika langsung diberi memo untuk dikerjakan sendiri, karena saya tahu tim saya selalu siap membantu bila ada kesulitan.

Buku sakti nih!
Ini momen saat mentor saya resign :(

Boleh dibilang sekarang saya kerja hampir kayak robot. Aplikasi KPR ini datang terus menerus tiada henti (halah, lebay!). Seumpama pabrik, kami ini seperti operator yang ada di pinggir conveyor belt, dan aplikasi KPR itu produk yg harus terus mengalir lancar di atas conveyor belt. Target kami sebagai analis di kantor pusat adalah gimana caranya kami kerja cepat tapi benar dan hasilnya memuaskan customer. Selain nasabah, rekan-rekan di kantor cabang juga merupakan customer buat kami, karena merekalah yang sudah bekerja keras membantu kami "jualan" produk KPR.

Tumpukan memo

Time flies so fast kalo kalian jadi analis. Kayaknya baru aja ngeliat arloji masih jam 9 pagi. Ketak ketik, itang itung, mumet mumet, telepon sana sini, eh tau-tau udah jam 12. Pantes perut keroncongan. Suami saya aja ngeledekin gara-gara saya jadi makin jarang balas message doi di Whatsapp. Tak jarang saya juga terpaksa lembur karena takut kerjaan gak selesai sampai besok.

Penampilan analis saat jam kerja jangan dibandingkan deh dengan tim sales, soalnya udah kayak bumi dan langit hahaha... Memang pagi hari saya selalu dandan. Lama-lama udah bodo amat, lipstik luntur eyeliner bleber gak ngurus wes, yg penting memo kelar. Bisa dibandingkan dulu saat masih di Support Analis saya sering poles ulang bedak dan pakai heels sepanjang hari. Karena memang sering meeting dengan tim lain, juga sering bertemu dengan para pejabat dan rekanan, malu sendiri kalo kelihatan cupu. Begitu pindah ke Analis, heels jarang dipakai, wajah pun ala kadarnya. Pas ada kunjungan dari teman-teman tim sales, asli jomplang banget kondisinya, karena mereka selalu tampil menarik sepanjang hari hahaha..

Ini masih pagi baru dandan haha..


Menjadi analis membuka wawasan saya bahwa banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mencari rejeki. Di Jabodetabek khususnya, rasanya hal kecil saja bisa menghasilkan uang. Misalnya salah satu nasabah yang pernah saya tangani, jualan sisa limbah kain dari pabrik saja omsetnya bisa ratusan juta dalam sebulan. Saya selalu kagum saat menangani nasabah yang masih muda, namun gajinya lebih besar dari saya. Beberapa kali saya catat nama kantornya, siapa tahu berguna suatu saat untuk adik saya atau saudara yang membutuhkan pekerjaan. Dari para nasabah ini juga banyak ide bisnis yang terlintas, siapa tahu suatu saat berguna buat saya sendiri hehe..

Ya, semoga suatu saat saya juga bisa menjadi pengusaha sukses (dan gak bosenan) seperti mereka.