Senin, 11 Januari 2016

Pegawai Bank kok Ngajar Kesehatan?

Tanggal 5 Desember 2015 yang lalu, seorang senior saya di kantor (kebetulan beliau juga satu paroki dengan saya) meminta saya untuk mengisi materi Keluarga Berencana pada event Kursus Persiapan Perkawinan di paroki Servatius Bekasi. Event ini diadakan beberapa kali dalam setahun. Kebetulan ibu bidan yang biasa membantu mengisi materi tersebut berhalangan hadir. Dan sepertinya panitia juga cukup kesulitan untuk menemukan penggantinya, kalo tidak, mana mungkin karyawan bank seperti saya diminta untuk mengajar materi kesehatan? Hahaha..

Awalnya saya sempat ragu dan ingin menolak. Sudah lama sekali saya tidak pernah belajar lagi ataupun sekedar update berita terbaru tentang Keluarga Berencana. Bagaimana jadinya kalau nanti informasi yang saya sampaikan salah? Bagaimana nanti kalau saya tidak bisa menjawab pertanyaan peserta? Dan berbagai ketakutan lainnya. Tapi entah kenapa hati saya akhirnya tergerak untuk menerima tantangan ini.
Dalam Kursus Persiapan Perkawinan terdapat session khusus yang (paling) ditunggu-tunggu peserta, yaitu Materi Seksualitas. Wuah, lihat judulnya aja udah seger ya kan hahaha.. Biasanya sesi ini diisi oleh seorang dokter (materi fisiologi alat kelamin dan hubungan seksual), serta seorang bidan (materi Keluarga Berencana sesuai ajaran Katolik). Saya hanya diminta menggantikan sang ibu bidan. Jadi di sela-sela kesibukan kantor saya siapkan materi presentasi tentang KB tersebut. Bukan hal yang mudah karena saya harus belajar lagi tentang materi kuliah yang sudah lama tidak saya sentuh. Ditambah dengan tugas kantor yang tak ada habisnya, jerawat saya langsung bermunculan menghiasi wajah imut ini hihihi..

Pada hari-H, sejak pagi saya udah deg-degan. Saya terus baca-baca materi presentasi berulang kali, supaya tidak ada hal yang terlewatkan. Beberapa kali juga saya revisi isi presentasinya agar lebih enak dibaca. Untung saya punya suami pengertian, dia yang siapin sarapan dan tidak mengganggu selama saya belajar haha.. Singkatnya, Power Point akhirnya selesai juga tepat 3 jam sebelum acara mulai.

Ini judul presentasi saya


Saya tiba di aula gereja Servatius jam 12 siang, 1 jam sebelum showtime. Saya disambut dengan kepanikan panitia. Olalaa... ibu dokter yang seharusnya mengisi materi bersama saya tiba-tiba berhalangan hadir! Lha terus gimana dong, materinya siapa yang nyampein?? Ya siapa lagi kalo bukan saya. Jreng jreng jreng! Panik? Pasti lah. Akhirnya pada detik-detik terakhir saya pinjam laptop panitia untuk menambal sulam Power Point, saya tambahkan materi yang seharusnya disampaikan oleh ibu dokter tersebut. Keringat mengucur deras. Materi punya saya sendiri saja sudah bikin nervous, ini malah ditambah lagi materi orang lain. Dalam hati saya sudah bertekad, kalo sampe nanti nge-blank di panggung, saya skip saja materi sang ibu dokter.

Saat itu ada sekitar 60 orang peserta uang hadir. Terbilang sedikit untuk ukuran KPP, mungkin karena sudah memasuki masa Advent, persiapan menyambut Natal. Saat awal presentasi, saya tidak mengenalkan diri sebagai (mantan) perawat apalagi karyawan bank. Saya takut panitia akan dicemooh karena memilihkan pemateri yang tidak terlibat langsung dalam dunia medis. Puji Tuhan, saat membawakan materi saya bisa tenang dan santai. Saya bahkan sempat iseng meminta salah seorang peserta yang berprofesi sebagai perawat untuk maju ke depan menjelaskan mengenai anatomi alat kelamin pria. Haha.. Sebenarnya saya cuma pengen tahu, jangan-jangan ada di antara peserta yang berprofesi sebagai dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya yang tentunya ilmunya jauh lebih banyak dari saya. Kan malu kalo ketauan salah omong hehehe..

Oh iya, dalam ajaran gereja Katolik, KB yang diperbolehkan hanya KB alami, salah satunya yaitu dengan perhitungan masa subur atau yang dikenal dengan metode kalender. Jadi saya alokasikan lebih banyak waktu untuk mengajari peserta cara menghitung siklus menstruasi dan masa subur. Ini sekaligus berbagi pengalaman, karena saya juga menerapkan metode tersebut selama ini hehe..

Simulasi cara menghitung masa subur


Saya tertarik dengan satu pertanyaan peserta, bagaimana cara mengatur bila ingin memilih jenis kelamin anak? Pertanyaan ini pernah saya dengar sebelumnya saat saya dan suami mengikuti KPP dulu sebelum menikah. Saya penasaran apa memang pertanyaan ini selalu muncul setiap KPP ya? Haha.. Karena teori yang populer tentang pengaturan diet untuk mendapatkan jenis kelamin tertentu itu tidak saya kuasai, maka saya hanya menjawab secara logika saja, tentang teori kromosom X-Y yang saya hubungkan dengan teori perhitungan masa subur. Yaa intinya pinter-pinternya ngomong aja, agar tidak ketahuan bahwa sebenarnya pengetahuan saya secara praktek nyata sangat terbatas hehehe..

Setelah jam menunjukkan pukul 14.30, saya memutuskan untuk mengakhiri sesi tersebut. Sebenarnya saya masih  punya setengah jam lagi, tapi para peserta sudah banyak yang menguap, dan saya sendiri sudah capek deg-degan berpura-pura pintar hahaha.. Yang penting saya sudah membantu sekuat tenaga sesuai kemampuan saya.

Senang rasanya bisa membantu panitia. Bukan karena di akhir acara saya dapat souvenir payung lipat, tapi lebih karena uniknya cara Tuhan menggunakan saya untuk melayani sesama manusia. Siapa sangka ilmu yang sudah lama saya tinggalkan ternyata masih berguna? Kalo bukan karena Tuhan, siapa lagi?

Wajib selfie walopun make up udah luntur