Kamis, 25 April 2019

KONSISTEN adalah KOENTJI

Manusia boleh berencana, namun budget yang menentukan. Eh, maaf salah quote! Wkwkwk.. Orang tua boleh punya idealisme, namun realitas sering mematahkannya. Pada tulisan ini saya mau bercerita tentang saya dan suami sebagai orang tua millenial yang kerja kantoran dan anak dititipkan ke mbak pengasuh setiap hari kerja (tidak menginap), berusaha mengasuh anak sesuai teori, namun tak jarang kami rasakan teori itu tinggallah angan-angan saja haha.. Prakteknya syusyah, gan! Dalam kasus kami, sebagian disebabkan karena ada beda pola asuh antara orang tua dengan pengasuh, sebagian karena memang kami sendiri yang lemah menerapkannya. Ini beberapa contohnya:

Main HP dan Nonton TV
Sepertinya ini problem semua orang tua ya haha.. Cita-cita awalnya, saya nggak mau mengenalkan anak pada HP dan TV sampai dia berumur 2 tahun, takut kecanduan atau matanya cepat rusak. Saya pun beli banyak buku cerita anak-anak sampai rak buku penuh. Ini gara-gara saya ngeliat story selebgram ibu muda yang mengenyahkan TV di rumahnya biar anaknya lebih cinta buku daripada TV. Ternyata kenyataannya mustahil juga menghindari penggunaan HP dan TV dalam pengasuhan anak. Lha wong anaknya bisa makan lebih banyak kalau disetelin TV atau video di HP haha.. Ujung-ujungnya saya unfollow beberapa selebgram yang sering bikin "halu", karena kehidupan nyata tak seindah konten instagram buibuu..

Makan Harus di Kursi Makan
Waktu awal masa MPASI dulu, saya selalu biasakan anak makan sambil duduk di highchair, biar nantinya dia terbiasa makan di kursi makan. Itu pula yang saya ajarkan pada mbak pengasuh. Awalnya sih oke saja. Makin hari setiap akhir pekan ketika si mbak libur, saya perhatikan kok anak saya nggak suka duduk di highchair. Usut punya usut ternyata setiap hari kerja pas saya nggak di rumah, si mbak nyuapinnya sambil digendong ke sana kemari *tepok jidat* ulala.. Jadilah sampai sekarang anak umur 2 tahun, setiap kali makan baik di rumah maupun di tempat umum kami selalu nyuapin sambil kejar-kejaran sama anaknya, karena dia nggak mau duduk di kursi makan.

Anti Micin - Micin Club
Di rumah kami tidak menyediakan MSG dalam bentuk penyedap rasa, dan sudah berpesan pada ART untuk tidak menggunakan bumbu masak instan. Untuk makanan anak pun kami juga tidak pakai MSG dan bumbu instan. Suatu ketika di akhir pekan, anak kami sedang GTM, emak bapaknya frustasi sampai kelaparan dan bikin mie instan. Eh ternyata anaknya malah ikutan makan mie instan juga dan malah lahap haha.. Buyar sudah idealisme orangtua millenial ini. Sampai sekarang stok makanan bermicin seperti mie instan, nugget, sosis, baso, dan kornet selalu ada di rumah deh, apapun boleh yang penting anaknya mau mangap haha..

Minum Teh
Pernah saya tegur mbak pengasuh, gara-gara setiap hari anak saya dikasih minum teh manis. Padahal kan katanya teh kurang baik untuk anak dalam masa pertumbuhan, karena bisa menghambat penyerapan zat besi (CMIIW). Sejak itu si mbak nggak berani lagi bikinin teh buat anak saya. Tapi setelah malam hari si mbak nggak di rumah, pulang kerja rasanya pengen minuman yang hangat, kami sering minum teh anget di dekat anak hihi.. Otomatis si anak yang udah terlanjur suka teh manis langsung minta jatah dong, kadang setengah gelas habis diminumnya. Pssstt.. Jangan bilang-bilang si mbak ya hihi..

Berdoa
Nah ini dia PR terbesar sampai saat ini. Saya dan suami bukan orang yang religius. Jarang berdoa di rumah, ke gereja pun nggak rutin setiap minggu. Parah emang hihihi.. Puji Tuhan si mbak pengasuh juga seorang Kristiani, dan dia taat beribadah. Anak saya sejak bayi diajarinya berdoa pagi setelah bangun tidur, berdoa sebelum makan, juga sering dinyanyikan lagu sekolah minggu. Melihat hal itu saya jadi termotivasi, di usia anak yang sudah 2 tahun ini sepertinya masih belum terlambat untuk membiasakannya berdoa dan ke gereja. Apalagi otaknya sudah mampu semakin banyak merekam ingatan. Sekarang setiap malam saya berusaha mengajak anak berdoa sebelum tidur, kalau dia belum terlanjur mengantuk. Untuk ke gereja, kami usahakan mengatur waktu makan dan tidurnya agar tidak rewel saat di gereja. Ah, kadang rejeki itu bukan melulu tentang materi. Punya pengasuh yang taat beribadah begini juga merupakan berkat luar biasa dari Tuhan. Love you, mbak!

Yha, begitulah sedikit cerita ketidakkonsistenan kami dalam mendidik anak. Baru 2 tahun kami menjadi orang tua, rasanya justru kami yang harus banyak belajar, bukan anaknya. Karena memang bener kata pepatah ya, monkey sees monkey does (walah, kemenyek sok-sokan nulis boso enggres segala). Bukan, artinya bukan anak kami kayak monyet wkwk.. Intinya, kalau ingin anak kami jadi manusia yang bermartabat, kami sebagai orang tua harus bisa memberi teladan yang nyata buat anak, nggak usah banyak teori yang penting prakteknya aja benerin. Walaupun masih banyak luput sana-sini, tetap berusaha perbaiki, dan KONSISTEN adalah KOENTJI.

Stay positive. Semangat!

Sabtu, 06 Oktober 2018

Gaya Praktis Emak-Emak

Saya orangnya bukan yang bisa banget dandan, style saya sehari-hari lebih ke arah simple-comfortable. Make-up kantor dan pesta pun cuma yang basic banget. Make-up pouch saya hanya berisi pelembap, bedak padat, blush on, eyeliner, pensil alis, beberapa lipstik, dan alat cukuran alis. No shading-shading club, soalnya nggak bisa pakainya hahaha..

Duluuu, pas masih remaja sampai kuliah dan jadi dosen, muka saya nggak pernah tersentuh warna warni make-up, polos saja palingan cuma pakai pelembap sama bedak tabur. Nah mulai kerja di bank, terpaksa saya harus dandan walaupun tipis saja.

Saya waktu masih SMA

Udah kuliah tetap polos nggak kenal peralatan lenong

Pria ini sampai sekarang nggak suka kalau pacarnya dandan


Sebelum punya anak, saya masih rajin dandan di kantor setiap hari. Sebelum mulai kerja selalu melakukan ritual di depan cermin. Pertama pelembap. Trus bedak padat, blush on, dan lipstik. Alis wajib dicukur dan digambar. Eyeliner setiap hari jumat. Sesekali juga rambut dicatok (minjem catokan temen hahaha).

Suka selfie pakai aplikasi yang bikin wajah mulus hahaha..

Angle favorit tiap kali difoto

Kalau sempat selfie di kantor gini, berarti lagi nggak ada kerjaan

Wiihh.. Sudah nggak ingat lagi kapan terakhir kali pakai kuteks

Bersama sahabat saya di kantor

Kondangan sebelum punya anak

Sumpah, saya pernah langsing!

Saat hamil juga masih sama, cuma karena kegerahan, rambut jadi lebih pendek, dulu panjang sepunggung dipotong jadi sebahu.

Natal 2016, hamil 7 bulan

Casual friday di kantor, hamil 5 bulan

Selfie waktu hamil

Nahh mulai hari pertama kerja setelah cuti lahiran, penampilan saya berubah drastis hahaha... Sepertinya rutinitas pumping ASI yang cukup menyita waktu di kantor telah mematikan hasrat dandan saya.

Kurang lebih perubahan style saya jadi begini:

1. Rambut cepak, lebih hemat waktu (dan sampo).
Bermula dari keribetan nyari kunciran rambut pas bayi nangis minta nenen, saya putuskan membabat rambut ini sampai nggak bisa dikuncir lagi. Praktis juga rasanya, nggak sisiran juga rambut tetep rapi. Lagipula, di kantor saya udah nggak punya waktu lagi untuk catokan, karena harus pumping.

Hari pertama masuk kerja setelah cuti lahiran


2. Pensil alis mana pensil alis??
Asli, sejak punya anak, saya udah nggak sempat lagi lhoo nggambar alis. Bahkan alis ini saya biarkan tumbuh alami dengan bentuk serabutan sesuka hatinya. Padahal dulu sebelum punya anak, wooo... pantang kerja sebelum alis kelar! Tau sendiri kan wanita jaman now. Untuk bikin alis yang paripurna pasti butuh waktu dan konsentrasi yang tinggi, kalau buru-buru ntar malah nggak simetris kan aneh jadinya hahaha.. Sempat juga kepikiran sulam alis, tapi nggak lah, ntar makin cantik makin banyak yang ngefans sama dirikuuu..

No alis, no cry hahaha


3. Blush on dan eyeliner sampai kadaluwarsa semua.
Untungnya pekerjaan saya bukan marketing atau frontliner yang harus dandan lengkap untuk ketemu klien. Jadi makin terabaikan saja muka saya ini. Sekarang sih, pake bedak sama lipstik saja udah syukur.

4. Koleksi baju menyusui.
Baju menyusui sekarang tuh lucu lucuu..Modis dan lebih nyaman karena bukaannya di kanan kiri, nggak kayak baju menyusui jaman dulu yang cuma model kancing depan melulu. Tetep cocok dikombinasikan pakai aksesoris kalung, scarf, atau outer. Saya selalu pakai baju menyusui setiap bersama bayi, di kantor juga seringnya pakai baju menyusui biar praktis pas pumping. Ini salah satu penyebab dompet 'bocor alus' hahaha.. Tanya saja teman-teman saya, gimana hebohnya saya tiap ada postingan NEW ARRIVAL di Instagram online shop Mamigaya, Maternel, dan D'Amora. Duh, udah nggak jelas lagi deh prinsip mana KEINGINAN atau KEBUTUHAN nya. Karena selalu merasa ingin dan butuh hahaha..


Di rumah selalu pakai baju menyusui

Batik menyusui

Praktis nggak perlu apron kalau mau menyusui di mall

Selama bersama bayi, selalu pakai baju menyusui

Nggak kentara kan kalau ini baju menyusui?


5. Cooler bag is lyfe.
Good bye, tas cantik! Sekarang saya lebih cinta sama tas perang hahaha.. Saya setiap hari pakai cooler bag model ransel. Karena saya pulang pergi kantor naik motor sendiri, lebih aman kalau pakai tas ransel. Dan ransel saya ini memang isinya alat perang, yaitu corong pompa ASI, ice gel, bekal makan siang, dompet, toiletries, handuk kecil, dan baju ganti. Sudah kebal dengan ledekan orang sekantor tentang tas saya yang saking gedenya mirip tas naik gunung.

Ini dia peralatan tempur andalanque!


6. Apapun kondangannya, baju tetap ketutupan gendongan.
Saya nggak suka pakai stroller, jadi anak saya tak gendong ke mana-mana. Sejak punya anak, bisa dihitung dengan jari berapa kali saya datang kondangan. Selain ribet karena anak saya kurang nyaman di keramaian, saya juga males karena percuma pakai baju pesta tetep aja nggak kelihatan, ketutupan sama gendongan bayi model hipseat haha..

Tak gendong ke mana-mana


Gimana buibukk... Ada yang senasib? Hahaha..

Yhaa.. Setelah punya anak, dandanan  bukan prioritas utama buat saya. Yang penting kenyamanan saat beraktivitas bersama anak. Jangankan dandan lengkap atau skin care 22 langkah, nengok cermin aja kadang nggak sempat hahaha..

Meminjam istilah dari blogger kesayanganque Mbak Puty dan Mbak Okke, #modyarhood, walau kadang bikin mau modyarrr tapi tetap yahood. Menjadi ibu memang lelah, tapi anak tetap harus  jadi fokus utama. Yang penting dari menjadi ibu adalah jangan lupa BAHAGIA. Kalau ibu nggak bahagia, anak dalam bahaya! Mau seberantakan apapun style kita, tenang sajaaa, di mata anak kita tetap paling cantik sedunia kok.

Salam yahood!



Jumat, 17 Februari 2017

Honeymoon ke Lombok - part 3/3

Baca juga cerita hari pertama dan hari kedua.

DAY 3. February 8, 2016.

Yeah, di hari terakhir ini kami pengen bangun rada siangan, karena kecapekan abis nyemplung laut kemarennya. Sarapan santai di restoran hotel, sambil menikmati pemandangan deburan ombak Pantai Senggigi. Kemudian packing dengan berat hati, enggan rasanya kembali ke kenyataan hiruk pikuk ibukota. Sengaja kami minta dijemput siang hari menjelang jam check out, nggak mau rugi ceritanya hahaha..

Tujuan utama hari ini adalah cari oleh-oleh sebelum ke bandara. Dari hasil browsing, kami minta diantar ke Pasar Kartanegara aja, infonya sih di sana murah dan lengkap. Ternyata pasarnya sepi dong... Mungkin karena kebanyakan pemilik tokonya Tionghoa, jadi tutup imlekan. Untung ada satu toko grosir yang buka, namanya Putra Souvenir. Di sini lengkap banget, dari gantungan kunci, kaos, tas, dan aksesoris lainnya semua ada. Harga juga lebih murah dibandingkan dengan yang dijual di tempat wisata. Untuk makanan, kami mampir ke toko Phoenix, beli makanan khas Lombok seperti dodol rumput laut, mente madu, dll.

Oleh-oleh done! Masih ada waktu sebelum jadwal keberangkatan pesawat. Tadinya Pak Sofian mau antar kami ke air terjun Sendang Gile, tapi karena di sana hujan, kami balik kucing ke arah sebaliknya. Menyusuri jalan kecil terpencil, kami diantar ke sebuah pantai yang indah dan tenang, namanya Pantai Selong Belanak. Berkat kenalan Pak Sofian, kami bisa masuk ke private beach nya hotel Sempiak Villa hihihi... Awas jangan salah baca nama hotelnya.

Save the best for the last. Ini pantai tercantik dari semua pantai yang kami kunjungi di hari-hari sebelumnya. Ombaknya tenang, pantainya sepi dan bersih. Hanya terlihat beberapa nelayan menjala ikan, serta anak-anak bule dan nelayan lokal bermain ombak. Santai dulu foto-foto dan minum kelapa muda. Ah, nggak salah deh mampir kemari untuk mengakhiri rangkaian honeymoon hehehe..

Cantik ya pantainya..

Bah.. Pose standar!

Ciyee.. Honeymoon!

Kameranya dicantolin pake gorilla pod di rangka kanopi haha..


Mendekati jam keberangkatan, kami pergi dari pantai dan makan sore dulu di warung Nasi Balap Puyung dekat bandara. Dan akhirnya tibalah saatnya meninggalkan Lombok yang indah. Terima kasih Tuhan, Kau ijinkan kami menikmati saat-saat menyenangkan di tempat yang indah ini.


Sayonara, Lombok! Until we meet again!

Honeymoon ke Lombok - part 2/3

Baca juga cerita hari pertama dan hari ketiga.

DAY 2. February 7, 2016.

Bangun tidur ku terus mandiiii... Karena hari ini kami mau snorkeling ke 3 Gili yeaayyy! Ini hasil nyontek itinerary biro tour sih, kok kayaknya seru yasudah mari kita coba hihihi..

Pergi ke Lombok kurang pas kalo belum nyebrang ke 3 gili atau pulau yg terkenal itu, Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Bisa sih pindah hotel ke salah satu pulau tersebut, tapi biar praktis kita tetep nginep di Senggigi aja nggak usah pindah lagi. Khusus buat acara ke gili ini, saya sengaja beli bikini jauh-jauh hari lho. Iya, bikini! Hahaha.. Bodo amat deh lemak tumpeh-tumpeh, nggak ada yg kenal ini.
Pagi-pagi abis sarapan, Pak Sofian udah ready antar kita ke Pelabuhan Bangsal. Dalam perjalanan ke pelabuhan, kami berhenti sejenak buat foto di Malimbu Hill, di mana kami bisa melihat pemandangan 3 gili di seberang lautan. 

Pemandangan 3 gili dari Malimbu Hill

Bikini udah dipakai di balik baju seksi haha..

Dari situ kami lanjut sampai pelabuhan, ngantri naik kapal cepat buat nyebrang ke Gili Trawangan.

Sampai di Gili Trawangan, kami booking paket snorkeling di salah satu kios agen wisata. Kalo nggak salah per orang tarifnya 300ribu. Sambil menunggu jadwal keberangkatan yang masih satu jam lagi, kami sewa sepeda keliling pulau.

Ini bukan foto ibu hamil yaa..

Capek sepedaan kelling Gili Trawangan

Sayang, nggak ada foto dokumentasi kami pas snorkeling (dan foto saya pakai bikini hihihi). Nggak sempat lah ya pegang kamera di atas kapal di tengah laut, selain takut kameranya kecemplung ribet dan basah, kami juga ingin menikmati keindahan alam seutuhnya. Jadi, rombongan snorkeling diangkut pake perahu wisata gitu, yg di bawahnya ada kaca buat lihat pemandangan underwater. Trus kita dibawa nyebur ke spot snorkeling di tengah laut, satu per satu mulai di Gili Trawangan, pindah ke Gili Meno, terakhir ke Gili Air.

Ini pengalaman pertama saya snorkeling di tengah laut. Walaupun nggak bisa berenang, nggak usah kuatir karena kami pakai pelampung, sepatu katak, dan google pinjaman. Saya dan suami berenang mengambang dan maju pelan-pelan dengan bergandengan tangan (kan ceritanya lagi honeymoon hehe), takut ilang kebawa ombak cuy! Haha.. Menurut saya, paling bagus sih di Gili Air, spotnya paling jernih dan banyak ikannya, ditambah ada reruntuhan kapal karam di dasar laut yang sudah ditumbuhi terumbu karang. Ya Tuhan, indah sekali alam ciptaanMu! Nggak nyesel, walaupun kulit jadi gosong dan kering. Puas banget deh, keindahannya nggak cukup diungkapkan dengan kata-kata!

Di Gili Air, kami memisahkan diri dari rombongan karena harus ngejar kapal terakhir kembali ke Pulau Lombok.

Pengennya foto dengan kain berkibar, tapi failed!

Di Pelabuhan Gili Air, nunggu kapal ke Pulau Lombok

Sampai di Pelabuhan Bangsal, Pulau Lombok, Pak Sofian sudah ready jemput kami. Karena hari masih terang, kami minta diantar ke tempat bikin tattoo temporary. Sok-sokan ya hehehe.. Ternyata tempatnya di pasar wisata Pantai Senggigi, nggak jauh dari hotel tempat menginap kami. Kami menikmati sunset sambil duduk lesehan di pasir, sementara seniman menggambar tattoo di punggung.


Sunset di Pantai Senggigi


Nih hasil tattoo nya, baru hilang 2 minggu kemudian

Hahh... Sampai di hotel sudah gelap, tepaarr... Jalan nyari makan pun nggak sanggup, sudah nggak pengen ke mana-mana lagi, ujung-ujungnya pesan ayam taliwang lagi dari restoran hotel hehehe...

Cerita hari ketiga di postingan berikutnya ya.. Stay tuned!

Minggu, 31 Juli 2016

Honeymoon ke Lombok - part 1/3

Horeeeee..... Doa saya untuk bisa pergi honeymoon terkabul juga! Memang terlambat BANGET sih, nikahnya Agustus 2014, honeymoon nya baru Februari 2016 wkwkw.. Ora popo sing penting keturutan horee...
Lombok, tempat pilihan saya sejak sebelum menikah. Nggak tau kenapa, pengen aja ke sana. Bali? Ah, mainstream! Singapore? Malaysia? Thailand? Australia? Eropa? Holyland? No, thank you. Mahal! Hahaha...

Luar biasa panjangnya diskusi saya dan suami sebelum pergi ke Lombok ini. Bolak balik ketunda (dan nyaris dilupakan) karena dananya terpakai buat biaya (utang) renovasi rumah. Puji Tuhan, walaupun masih menyisakan utang, saya bisa memaksa suami untuk pergi foya-foya sebelum punya anak hihihi..

Dan Lombok, it's worth the wait! Indah bangeettt.... Saya ceritain ya 3 hari 2 malam wisata kami di sana.

PERSIAPAN.

Kira-kira 2 bulan sebelumnya, kami sudah cari tanggal cuti. Dipilihlah 6-7-8 Februari karena pas long weekend libur tahun baru cina. Saya sih pengennya pertengahan tahun, biar nggak keganggu hujan, tapi kata suami kelamaan, kapan bikin anaknya kalo gitu hahaha... Ijin cuti disetujui kantor, langsung booking hotel, dan tiket pesawat, biar praktis langsung pake aplikasi Traveloka. Hotel dapet promo diskon Traveloka, Living Asia Resort dari 1 jutaan lebih jadi hanya 800ribuan saja semalam. Sewa mobil dari Rinjani Trans Lombok, sehari 450ribu udah termasuk driver dan bensin. Tadinya sih pengen ambil paket honeymoon dari Global Tour Lombok, tapi dipikir-pikir sayang duitnya ya, dengan hotel yang sama paketnya 9jutaan, cuma bedanya nggak pake dinner pinggir pantai diterangi cahaya obor dan nggak ditaburin bunga-bunga di kasurnya doang. Sedangkan kalo arrange sendiri, hotel dan mobil cuma 4jutaan. Itinerary bisa banget kita contek dari website provider tournya. Yaa kalo pengen bunga-bunga di kasur bisa kita taburin sendiri lah ya hahaha..

Oh ya, tips buat para pengantin baru yang cuma berduaan aja, pastikan kalian bawa tripod/tongsis/gorilla pod, just in case nggak ada yang bantu fotoin kalian berdua di lokasi #truestory.

DAY 1. February 6, 2016.

Berangkat pesawat pertama dari Jakarta naik Lion Air ke Mataram. Di Bandara Selaparang sudah disambut driver sewaan kami, Pak Sofian. Langsung kita diantar ke Desa Wisata Sade. Di sana kita dipandu guide lokal keliling desa sambil diceritain budaya setempat. Siapkan uang untuk sumbangan sukarela ya.

Pintu masuk Desa Sade

Proses memintal benang
Lumbung padi Sasak
Ngomong-ngomong soal Pak Sofian, beliau ini recommended banget. Putra daerah asli, jadi paham banget tempat-tempat wisata dan ceritanya, bahasanya sopan dan enak diajak ngobrol, maklum doi biasa bawa tamu pejabat dan bule, ditambah lagi punya banyak kenalan, jadi kita bisa masuk private beach dengan gratis hihihi.. Dan ternyata, pekerjaan sebagai driver ini cuma sampingan aja buat beliau, karena aslinya beliau adalah PNS di salah satu kantor kecamatan. Katanya, nggak perlu gengsi cari side job, selama halal dan nggak ganggu kerjaan kantor ya saya jalani saja. Luar biasa ya, kalo semua PNS jujur dan ulet kayak beliau!

Setelah itu kami diantar ke Pantai Kuta, tempatnya Putri Mandalika berubah jadi legenda Bau Nyale. Pak Sofian antar kami masuk lewat private beach nya Novotel hihihi.. Asli indah banget, ini satu-satunya pantai yang butiran pasirnya mirip butiran merica.

Private Beach Hotel Novotel

Pantai Kuta

Ngetes gorilla pod baru hahaha

Legenda Putri Mandalika

Capek main di pantai, kami makan siang di warung Nasi Balap Puyung depan bandara. Wuenak tenann... Selain karena kelaparan, juga memang rasa rempahnya khas.

Abis makan kami diantar ke hotel Living Asia di daerah Senggigi, yang ternyata jaraknya sekitar 2 jam dari bandara. Di tengah perjalanan menuju hotel, kami berhenti di desa wisata Sukarare, di mana kami bisa beli kain tenun rangrang khas Lombok, juga berfoto ala pengantin Lombok.

Baju pengantin Sasak

Belajar menenun di Sukarare
Akhirnya kami pun sampai di Hotel Living Asia Senggigi. Lepas check-in, kami mengagumi keindahan hotel, ternyata emang sesuai dengan ulasan di internet. Sorenya, setelah menikmati coffee break, kami jalan kaki di pinggiran pantai Senggigi, menikmati pemandangan ombak dan resort yang berjejer di sepanjang pantai, melihat warga setempat surfing, sambil gandengan tangan. Uhuuyy gitu aja udah girang banget, masih takjub akhirnya kami honeymoon juga hihihi...

Menikmati angin pantai

Salah satu view Living Asia Resort

Di depan kamar

Coffee break pinggir pantai Senggigi

Resto pinggir pantai Senggigi

Sampai di hotel barulah berasa pegel badan ini. Langsung masuk ke tempat spa di hotel. Kapan maneh rek, dipijat berdua di pulau impian, si suami sampe ngorok loh saking menikmati pijatan mbaknya hihihi.. Paket pijat tradisional 600ribu berdua. Mahal ya, biarin aja kan lagi liburan!

Nih tempat spa nya
Orang gendud mau dipijet wkwkwk

Sebenarnya sih, saya pengennya nginep di Qunci Villas, sama di pinggiran Pantai Senggigi juga. Dari hasil browsingan keren banget, pas buat honeymoon. Tapi tarifnya alamakkk, bisa 4x lipat budget! Akhirnya nyari hotel yg suasananya mirip tapi tarif lebih murah, dapetlah Living Asia ini. Suatu saat kalo kami punya rejeki lebih, pengen nginep lah di Qunci Villas.

Hari pertama ditutup dengan makan malam romantis........di kamar sendiri hahaha... Saking capenya, nggak pengen ke mana-mana lagi, cuma pesen ayam taliwang aja dari restoran hotel.

Baca juga cerita hari kedua dan ketiga yang saya tulis di postingan berikutnya ya!